BOYOLALI - Setiap akhir pekan, kawasan wisata Selo, Boyolali, Jawa Tengah yang terletak di bawah lereng dua gunung besar, Gunung Merapi dan Gunung Merbabu ini selalu ramai dikunjungi para wisatawan.
Meskipun berwisata ke kawasan Gunung teraktif di Indonesia ini, tak membuat para pengunjung yang kebanyakan datang dari Kota-kota terdekat dengan Boyolali, mengurungkan niatnya. Sebaliknya, meski kawasan wisata Selo, masih diselimuti cuaca buruk, namun, jumlah pengunjung tetap stabil.
Pasalnya dari daerah Selo ini para pengunjung berharap bisa melihat langsung puncak Gunung Marapi yang sebagian puncaknya mulai terbelah tak beraturan karena volume erupasi yang selalu terjadi.
Sebab bila puncaknya tidak tertutup kabut, Gunung Merapi terlihat indah mempesona dan misterius.
Meski di kawasan ini tidak terdapat wahana wisata seperti kawasan wisata lainnya, para pengunjung lebih senang berwisata di alam terbuka. Di kawasan wisata ini, para pengunjung lebih senang menikmati makanan khas Selo yang menjadi favorit para pengunjung, yaitu jadah bakar.
Di sepanjang jalur Boyolali -Magelang tepatnya di seputar Pasar Selo berjejer warung yang menjual jadah khas Selo. Sambil menikmati jadah bakar bertabur serundeng, segelas kopi khas Selo mampu mengusir hawa dingin karena kabut merapi yang sering turun tiba-tiba.
Menurut Mbak Sri salah satu penjual jadah bakar di Pasar Selo menjelaskan,jika jadah srundeng menjadi makanan khas Boyolali dan terbuat dari beras ketan. Minumnya kopi tubruk asal Selo.
"Jadah atau uli yang rasanya gurih ini terbuat dari beras ketan yang dicampur parutan kelapa yang dikukus kemudian ditumbuk hingga halus dan lembut," jelasnya saat ditemui teraswisata.com di Selo, Boyolali.
Yang menambah kenikmatan jadah Selo ini dibandingkan jadah lainnya dikarenakan Jadah Selo terasa gurih karena di bakar bukan di atas kompos gas. Namun, jadah Selo ini dibakar di atas arang.
Kemudian jadah bakar Selo ditaburi serundeng yang terbuat dari parutan kelapa muda yang di masak dengan gula merah. Sehingga membuat rasanya manis dan gurih. Aplagi di sajikan dengan piring beralas daun pisang yang membuat baunya semakin harum.
Ditambah dengan secangkir kopi hitam asli dari petani lokal diolah secara tradisional. Disangrai diatas wajan tanah liat dan ditumbuk halus menambah nikmat dan harumnya aroma kopi murni membuat pikiran menjadi fresh.
"Kopinya diolah dengan cara manual, dan tanpa bahan pengawet. Jadi rasanya segar dan gurih karena baru bikinnya," terangnya. Cukup merogoh kocek seharga Rp. 1000 bisa menikmati secangkir kopi dan sepiring jadah srundeng yang menggoda lidah siap menemani wisata alam gunung merapi.
Selain menikmati jadah bakar sambil menikmati kesejukan udara lereng Gunung Merapi dan Gunung Merbabu yang masih asri, para pengunjung juga bisa langsung melanjutkan perjalanan wisata bila ingin berwisata ke Candi Borobudur.
Selama perjalanan ke Candi Borobudur, pengunjung wisata bisa berhenti sejenak di areal wisata Ketep pass dan jembatan gantung. Dari jembatan gantung ini,para pengunjung bisa melihat langsung aliran sungai di bawahnya yang selalu dipenuhi lahar dingin Gunung Merapi setiap erupsi. (Dian)